Dalam tembang macapat Jawa, terdapat beberapa aturan-aturan tertentu dimana salah satunya guru gatra tegese yang perlu dipahami. Lalu sebenarnya, maksud dari guru gatra tersebut apa? Dan contohnya dalam lagu apa? Simak penjelasan berikut untuk memahaminya.
Soal:
Guru gatra tegese..
Jawaban:
Guru gatra tegese cacahing gatra ing saben pada.
Pembahasan:
Dalam bahasa Jawa, tembang memiliki arti sebagai suatu gubahan lagu, puisi, kidung, nyanyian, dan sejenisnya. Tembang macapat Jawa merupakan salah satu warisan leluhur yang di dalamnya memuat aturan-aturan tertentu seperti aturan lirik, baris, dan lainnya.
Salah satu bentuk aturan yang ada dalam tembang macapat ini adalah segi jumlah baris yang sering disebut dengan guru gatra. Jumlah baris atau larik yang dimaksudkan disini adalah jumlah dalam tiap satu bait tembang macapat.
Setiap jenis bait yang ada dalam tembang macapat Jawa memiliki pedomannya tersendiri yang tentunya berbeda terhadap jumlah barisnya. Suara vokal akhir dalam guru gatra berbunyi “a, i, u, e, o” atau disebut “dong dinge swara”.
Selain aturan jumlah baris, ada juga aturan lirik dan jumlah suku kata. Istilah stilah tersebut dinamakan dengan guru lagu dan guru wilangan. Lalu apa perbedaan dari ketiga istilah guru tersebut? Bagaimana penjelasannya? Berikut penjelasan ketiganya.
- Guru Gatra. Guru memiliki arti patokan atau pedoman, sedangkan gatra larik atau baris. Tiap bait memiliki jumlah baris yang berbeda dengan mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
- Guru Lagu. Lagu dalam hal ini memuat vokal akhir kata pada tiap baris suatu tembang. Dimana masing-masing tembang memiliki jenis pedoman yang tidak bisa diubah oleh siapapun.
- Guru Wilangan. Sesuai dengan namanya, wilangan berarti banyaknya jumlah suku kata yang ada dalam tiap baris tembang macapat. Sehingga ketika tembangnya sudah jadi dengan menggunakan konsep wilangan yang benar tidak dapat diubah kembali.
Contoh Penerapan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan
Berikut disajikan contoh tembang macapat yang mana didalamnya mengandung unsur-unsur ketiga jenis guru tadi.
Aja nganti kabanjur
Barang polah ingkang nora jujur
Yen kebanjur sayekti kojur tan becik
Becik ngupayaa iku
Pitutur ingkang sayektos
Dalam bait tersebut, terdapat 5 guru gatra karena baitnya hanya 5. Sedangkan huruf vokal di akhir baris yang disebut guru lagu adalah u, u, i, u, o. Untuk guru wilangannya 7, 10, 12, 8, 8.
Tembang macapat memiliki beragam jenis yang menggambarkan fase tertentu suatu bentuk kehidupan manusia yang dimodel pewayangan. Dimana setidaknya terdapat 11 jenis antara lain maskumambang, mijil, sinom, pocung, megatruh, kinanthi, pangkur, asmaradana, durma, gambuh, dan lainnya.
Itulah jawaban serta penjelasan mengenai soal apa yang dimaksudkan dengan guru gatra dalam pembahasan tembang macapat Jawa. Seperti yang sudah diketahui bahwa guru gatra ialah aturan atau pedoman yang diberlakukan dalam penulisan tembang macapat.