Apa yang dimaksud dengan kalbu tegese dalam bait puisi bahasa Jawa? Sebuah bait yang bercerita tentang kehidupan dalam keraton. Artikel kali ini akan mengulas mengenai makna yang terkandung dalam tiap bait puisi tersebut secara rinci.
Pertanyaan:
Padha gulangen ing kalbu. Tegese tembung kalbu tegese
- Sikil
- Mripat
- Ati
- Rambut
Jawaban:
Kalimat pada soal tersebut merupakan potongan bait puisi karya Sri Susuhana Pakubuwana IV dengan judul “Serat Wulangreh”. Kata Serat disini memiliki arti “ tulisan”, sedangkan Wulang berarti “atau ilmu ajaran”, reh berarti “aturan atau jalan”.
Sehingga Serat Wulangreh dapat diambil artian sebagai suatu ilmu yang dipelajari oleh manusia untuk mencapai tujuannya. Kata Kalbu dalam bahasa sehari-hari memiliki arti “hati” atau “ati. Jadi jawaban dari pertanyaan tersebut adalah C yakni “Ati”.
Pembahasan:
Masih banyak yang belum tahu jika ternyata bait tersebut merupakan salah satu potongan dari puisi yang tercantum dalam Serat Wulangreh. Lalu sebenarnya apa yang dimaksud dengan Serat Wulangreh? Ada berapa macam pupuh dalam serat ini?
1. Sekilas Tentang Serat Wulangreh
Serat Wulangreh merupakan salah satu jenis karya sastra yang berisi piwulang atau ajaran yang ditulis oleh Sri Susuhana Pakubuwana IV. Karya tersebut dikemas dalam bentuk puisi dengan keindahan makna yang terkandung di setiap baitnya.
Karya ini selesai ditulis oleh Pakubuwono IV pada hari Ahad tanggal 19 Besar tahun 1808. Isi dari puisi tersebut tentang keharusan dan kewajiban masyarakat keraton untuk mematuhi setiap peraturan yang ada baik tertulis maupun tidak.
Meskipun tembang Serat Wulangreh ini memiliki bagian yang bervariasi, namun inti dari bait kalimatnya tetaplah sama. Intinya tetap mengacu kepada bagaimana negara berbakti dan patuh pada apa yang menjadi tanggung jawabnya seperti berbakti pada raja.
Hal yang menjadi poin pentingnya adalah masyarakat diharuskan patuh kepada raja dalam segala hal tanpa perlu mengkritiknya. Etika yang tertanam tersebut sebagai bukti pengakuan bahwa raja dikaitkan sebagai wakil Tuhan dengan segala kebijakan dan kebenarannya.
2. Macam-macam Pupuh Dalam Serat Wulangreh
Serat Wulangreh memiliki beberapa struktur yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Struktur tersebut dinamakan dengan Pupuh. Tentunya, peletakan pupuh tersebut memiliki jumlah bait yang berbeda pula. Lalu apa saja pupuh yang terdapat dalam tembang ini?
- Pupuh ini terdiri dari 25 pada tiap bait.
- Dhandhanggula terdiri dari 8 pada tiap bait.
- Sinom, terdiri sebanyak 33 per bait.
- Kinanthi, 16 per bait.
- Asmaradana terdiri pada tiap baitnya sejumlah 28.
- Gambuh sebanyak 17/bait.
- Mijil mencakup 26 tiap bait.
- Pangkur mengandung 17 pada baitnya.
- Pocung terdiri 23 di tiap bait.
- Maskumambang memiliki 34.
- Megatruh memiliki pupuh sebanyak 17 di tiap bait.
- Wirangrong sebanyak 27.
- Durma hanya memiliki 12 pada per bait.
Kesimpulan
Itulah tadi pembahasan mengenai salah satu tembang Serat Wulangreh yang memiliki sepenggal kata “kalbu” di baitnya. Beserta jawaban mengenai kalbu tegese, Kata tersebut dalam bahasa Jawa memiliki arti “hati” atau “ati” seperti yang kebanyakan disebut oleh orang-orang.